Jumat, 17 Januari 2014

BAB 14 KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

·     Pengambilan Keputusan sebagai Pemecahan Masalah

Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut, terkandung unsur situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas pencapaian keputusan. Secara rasional kesimpulan tersirat dalam premis-premis sehingga hanya kepentingan perumusan saja. Walaupun berbagai literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan tersurat kata keputusan di dalam modelnya.

Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision). Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel, Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
·      Elemen Pemecahan Masalah
Terdapat 6 elemen pemecahan masalah, diantaranya adalah -
- Masalah
- Desired state (keadaan yang diharapkan)
- Current state (keadaan saat ini)
- Pemecah masalah/manajer
- Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah
- Solusi.

·     Proses Pemecahan Masalah dalam Pengambilan Keputusan


1.        Pengenalan Kebutuhan. Konsumen berusaha mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan dankeinginannya, baik yang sudah direncanakan maupun yang muncul secara tiba-tiba. Perbedaan atau ketidaksesuaian  antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya, akan membangkitkan dan mengaktifkan proses kebutuhan.

2.        Pencarian informasi dan penilaian sumber-sumber.  Pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak dapat diperoleh melalui pencarian internal, maka proses pencarian difokuskan pada stimulus eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Info tersebut dapat berupa : (1). Semua pribadi, seperti opini dan sikap dari teman, kenalan, keluarga (2). Sumber bebas seperti kelompok konsumen dan badan pemerintah(3). Sumber pemasaran seperti iklan (4). Sumber pengalaman langsung seperti langsung mengunjungi toko, mencoba produk secara langsung. Konsumen mencari apa yang  dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Setelah tahu apa yang tepat maka ia akan melakukan penilaian disertai pertimbangan yang diperoleh dari berbagai informasi berkaitan dengan lamanya waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli.

3.        Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian. Terdiri dari dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya. Setelah  konsumen mengumpulkan informasi mengenai jawaban alternatif terhadap suatu kebutuhan, maka konsumen akan mengevaluasi pilihan dan menyederhanakan pilihan pada alternatif yang diinginkan.

4.        Keputusan membeli. Proses dalam pengambilan keputusan  membeli, setelah melewati tahap-tahap sebelumnya. Apabila konsumen dipuaskan dari pembelian tersebut maka akan ada pembelian kembali. Konsumen melakukan pembelian yang nyata berdasarkan alternatif yang telah dipilih. Keputusan membeli meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, keputusan membeli atau tidak, waktu pembelian, tempat pembelian, dan bagaimana cara pembayaran. 

5. Konsumsi. Pada tahap ini, konsumen akan  menggunakan alternatif pembelian. Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi dan menggunakan produk. 

6. Perilaku sesudah pembelian. Perilaku ini mempengaruhi pembelian ulang dan juga mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, tahapan proses pengambilan keputusan membeli terdiri dari enam tahapan, yaitu diawali dengan tahapan pengenalan kebutuhan, kemudian ke tahapan kedua pencarian informasi dan penilaian sumber-sumber, dilanjutkan ke tahapan ketiga evaluasi alternatif, selanjutnya ke tahapan keempatkeputusan untuk membeli, tahapan kelima konsumsi dan diakhiri dengan tahapan perilaku sesudah pembelian.

·     Implikasi pada Strategi Pemasaran

Pemasaran jasa sering melibatkan konsumen dalam proses produksinya, juga karena konsumsinya yang simultan dengan proses produksinya, maka pemrosesan jasa mesti dilakukan dalam waktu nyata (service encounter).  Kenyataan ini akan menyulitkan jasa untuk diproduksi secara massal serta menyulitkan pengawasan kualitasnya.  Kualitas jasa dan kepuasan konsumen akan sangat tergantung kepada hal-hal yang terjadi pada “service encounter” termasuk didalamnya adalah tindakan karyawa dan interaksi antara konsumen dan karyawan.  Akibatnya kesalahan atau persoalan yang muncul sulit pula untuk dicegahnya.

Lebih dari itu, karena konsumen sering harus hadir di tempat saja diproses untuk menerima jasa dari perusahaan penerbangan, rumah sakit, restoran, dan sebagainya, maka “tempat-tempat operasi jasa” perlu didisentralisasi (distribusi “pabrik-pabrik” jasa) ke lokasi-lokasi yang dekat dengan konsumen sehingga jasa dapat disampaikan secara langsung kepada konsumen dengan cara semakin meningkatkan kenyamanan konsumen.  Lokasi yang dipilih jasa bisa saja digunakan untuk menyajikan kombinasi dari berbagai jasa seperti gerai (outlet) eceran, tempat konsumsinya, dsb.  Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh produsen adalah berapa lama kosumen bersedia meluangkan waktunya untuk menunggu jasa yang diinginkannya.  Secara umum konsumen menghendaki jasa yang dipesannya itu disampaikan dengan secepatnya.  Implikasi manajerial dari keterangan diatas menjellaskan kepada para pengelola jasa, bahwa orag (personel jasa atau konsumen) merupakam bagian yang tidak terpisahkan dari suatu jasa.  Sering dijumpai bahwa perbedaan antara dua organisasi jasa terletaak kepada kualitas karyawan yang menyampaikan.




Jumat, 10 Januari 2014

BAB 13 PENYEBARAN INOVASI

·     Elemen Dasar dalam Proses Penyebaran

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.” 
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1)        Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

(2)      Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

(3)      Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

(4)     Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama   

·     Pengaplikasian Definisi dari Inovasi

Sejak  tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan  Parker (1974), yang  mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.

·     Lima Karakteristik yang Dihubungkan dengan Produk Baru

Berbagai komunikasi pemasaran memainkan peran utama dalam mempengaruhi lima karakteristik yang berhubungan dengan inovasi, yang menunjang sikap konsumen terhadap produk-produk baru dan karena itu, mereka kemungkinan akan mengadopsi produk-produk yang inovatif, yaitu:
1.    Keunggulan Relatif
Adalah suatu fungsi di mana seseorang mempersepsikan suatu produk baru lebih baik dibanding berbagai penawaran yang kompetitif, juga produk tersebut sesungguhnya lebih baik bila dibandingkan dari sisi standar-standar obyektif. Keunggulan relatif tergantung pada berbagai karakteristik yang melekat pada produk itu sendiri, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh komunikasi persuasif.

2.    Kecocokan
Adalah suatu derajat di mana inovasi diterima seseorang kedalam caranya melakukan berbagai hal. Sebuah produk baru mencapai kecocokan ketika dapat menyamai berbagai kebutuhan, nilai-nilai personal, keyakinan, serta pengalaman masa lalu konsumen. Makin  besar kecocokannya, makin cepat laju adopsi produk baru tersebut. Berbagai inovasi yang cocok dengan situasi keberadaan seseorang akan lebih sedikit berisiko, lebih bermakna, dan hanya memerlukan lebih sedikit upaya untuk melibatkannya ke dalam gaya hidup konsumsi seseorang.

3.    Kompleksitas
Mengacu pada derajat kesulitan yang dirasakan atas suatu inovasi. Makin sulit suatu inovasi dipahami atau digunakan, makin rendah tingkat adopsi.

4.    Dapat Diuji
Kemungkinan untuk diuji coba (triability) adalah taraf luasnya jangkauan di mana suatu inovasi bisa digunakan pada lingkungan yang terbatas sebelum pembentukan komitmen berkembang sepenuhnya. Secara umum, produk-produk yang memungkinkan untuk diuji coba, akan lebih cepat diadopsi.Triability sangat terkait dengan konsep persepsi risiko.

5.    Observabilitas
Kemampuan produk untuk diamati adalah derajat dimana pengguna produk atau orang-orang lainnya bisa mengamati berbagai dampak positif dari penggunaan produk baru. Semakin perilaku konsumen dirasakan, semakin visibel produk tersebut.

·     Pentingnya Arti Sebuah Proses Penyebaran


Difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru.  Proses difusi atau penyebarann sangat penting karena melalui komunikasi dari satu orang ke orang lain maka informasi akan sangat cepat diketahui oleh orang lain dan akan membawa perubahan yang baik, karena dengan adanya proses komunikasi difusi akan mempermudah orang lain mengetahui adanya inovasi.
·         Adopsi dan Saluran Komunikasi dalam Proses Difusi
Difusi inovasi pada intinya adalah proses komunikasi. Inovasi diperkenalkan melalui saluran-saluran komunikasi jika inovasi tidak dikenali para individu, tidak mungkin ada difusi.  Proses-proses komunikasi lainnya berlangsung setelah para inovator potensial menerima informasi dan mempertimbangkannya. Karena kebaruan inovasi yang diterimanya, indi-vidu mengalami ketidakpastian tingkat tinggi. Karena itu, studi-studi perubahan perilaku, pengurangan ketidakpastian, dan pengambilan keputusan berlangsung dalam proses difusi, khususnya ketika difusi mempengaruhi perubahan perilaku. Difusi pada intinya adalah adopsi sebuah perilaku baru. Selama bertahun-tahun, difusi inovasi berhasil menerangkan proses adopsi banyak inovasi. Paradigma difusi inovasi juga digunakan untuk studi tentang penolakan inovasi.

Adopsi suatu inovasi yang didifusikan melalui empat tahap yang oleh Rogers disebut model tahapan proses keputusan inovasi. Proses keputusan inovasi adalah proses mental yang dilalui individu atau unit pengambil keputusan lainnya mulai dari pengenalan pengetahuan inovasi ke suatu keputusan mengadopsi atau menolak, sampai ke penerapan ide baru, dan konfirmasi keputusan tersebut.

Saluran komunikasi adalah sarana yang menghantarkan pesan dari individu ke individu lainnya. Saluran-saluran media massa lebih efektif dalam menciptakan pengetahuan inovasi-inovasi. Saluran-saluran interpersonal lebih efektif dalam membentuk dan dalam perubahan sikap terhadap gagasan baru, serta dalam mempengaruhi secara langsung keputusan mengadopsi atau menolak sebuah gagasan baru.

·     Membangun Profil Konsumen yang Menyukai Produk Baru

ü  Berani mengambil risiko
Risiko menjadi faktor yang ditempatkan paling depan dalam memulai bisnis. Nana menerapkan hal ini dalam menjalani usahanya. Membawa 50 item lapTopper dalam pameran di Singapura, dengan harapan pasar menyukai produk baru ini, memberikan hasil yang tak terduga sebelumnya. Meski begitu, Nana tetap mengedepankan risiko, dan siap menerima jika ternyata produk tak menarik minat pasar. Nyatanya, orisinalitas dan kesiapan atas risiko justru membuat produk semakin laris dan mendapat pelanggan tetap dari satu kali pameran ini.

ü  Intensitas waktu
Merintis bisnis dengan produk baru dikenal pasar butuh perhatian khusus. Perlu satu tahun bagi Nana untuk memperkenalkan produk. Orisinalitas dan kemampuan pebisnis menangkap kebutuhan dan peluang pasar memang memegang peranan, hingga akhirnya permintaan lapTopper semakin tinggi. Kapasitas produksi pun bisa mencapai 2.000 item. Konsisten pada bisnis dari segi waktu dan komitmen menentukan keberhasilan bisnis.

ü  Fokus pada bisnis yang sedang dibangun
Keterlibatan langsung pemilik dalam membangun bisnis menjadi kunci penting. Nana bersama suaminya fokus penuh, mulai dari pengenalan produk, menjual langsung di setiap pameran, hingga pada pengembangan produk kepada konsumen lebih besar, personal, maupun korporasi. Karyawan tetap dibutuhkan dalam kaitannya dengan produksi dan proses pengiriman barang. Namun terkait dengan manajemen bisnis, keuangan dan produk, pemilik perlu terjun langsung pada tahap pengembangan awal bisnis.

ü  Aktif berpromosi
Mengikuti berbagai ajang promosi, seperti pameran atau bentuk kerjasama lainnya, sangat menunjang keberhasilan produk menjaring pasar. Pebisnis perlu mengambil risiko, meski dibutuhkan biaya tak sedikit untuk promosi. Nilai lebih dari produk orisinal adalah daya jual yang tinggi. Biaya tinggi yang dikeluarkan untuk promosi ke luar negeri, misalkan, adalah risiko yang harus ditempuh. Yakini bahwa produk dibutuhkan konsumen, dan mampu menarik minat pasar.

ü  Membangun trust dengan pelanggan
Kepercayaan konsumen muncul dari bagaimana cara pebisnis membangun relasi. Hal utamanya terletak pada kepuasan atas produk tersebut, dan pelayanan dari pemilik usaha. Nana meyakini, pengiriman tepat waktu, dan pemilik selalu siap merespons permintaan kapan pun, menjadi kunci penting membangun kepercayaan. Pebisnis juga perlu memahami apa yang diinginkan pelanggan. Komunikasi yang baik juga menentukan bagaimana kepercayaan terbangun dengan relasi bisnis.




Jumat, 03 Januari 2014

BAB 12 Pengaruh Budaya dalam Perilaku Konsumen

·     Definisi

Menurut Ebert dan Griffin (1995) perilaku konsumen dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.  Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya.  Dimana faktor budaya sendiri merupakan faktor mendasar dalam pembentukan norma-norma yang kemudian membentuk perilaku konsumen.

·     Mitos dan Ritual Kebudayaan

Setiap masyarakat memiliki serangkaian mitos yang mendefinisikan budayanya. Mitos adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan emosi dan cita-cita budaya.  Ada mitos pewayangan yang dapat diangkat dalam membuat strategi penentuan merek suatu produk, seperti tokoh Bima dalam produk Jamu kuat “ Kuku Bima Ginseng”.  Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen, 1995).
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang.   Simbol kebudayaan juga merupakan representasi tertentu dari budaya , secara umum apa yang dipakai dan dikonsumsi oleh seseorang akan mencerminkan budayanya. Perusahaan dapat menggunakan nilai-nilai simbolis untuk merek produknya , misalnya perusahaan otomotif Toyota memberi nama Kijang untuk kendaraan dengan penumpang keluarga, secara simbolis Kijang ‘ adalah binatang yang mempunyai kemampuan lari yang sangat cepat dan lincah”.Sementara perusahaan lain Mitsubishi menciptakan ‘Kuda’. Simbol juga dapat ditunjukkan dengan warna, seperti warna hitam mempunyai arti formal, biru sejuk, putih artinya suci, merah simbol berani dsb. Sehingga pemasar menggunakan warna sebagai dasar untuk menciptakan produk yang berkaitan dengan kebutuhan simbolis.

·     Budaya dan Konsumsi
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Citra budaya yang bersifat memaksa membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.  Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
- Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
- Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan.
· Strategi Pemasaran dengan Memperlihatkan Budaya
Beberapa strategi pemasaran bisa dilakukan berkenaan dengan pemahaman budaya suatu masyarakat. Dengan memahami budaya suatu masyarakat, pemasar dapat merencanakan strategi pemasaran pada penciptaan produk, segmentasi dan promosi.
·     Tinjauan Sub-Budaya
Budaya yang ada di dalam suatu masyarakat bisa dibagi lagi ke dalam beberapa bagian yang lebih kecil. Inilah yang disebut dengan subbudaya. Sub- budaya bisa tumbuh dari adanya kelompok-kelompok di dalam suatu masyarakat. Pengelompokan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tinggal, pekerjaan dan sebagainya. 
·     Sub-budaya dan Demografi
Suatu budaya akan terdiri dari beberapa kelompok kecil lainnya, yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil tersebut. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan karakteristik sosial, ekonomi dan demografi. Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Di dalam varibel demografi tersebut, kita bisa mendapatkan Sub- budaya yang berbeda, yaitu suku sunda, batak, padang, dsb. 
Unsur-unsur Sub Budaya dan Demografi : 

€    Usia 
Merupakan hal yang penting untuk dipahami, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Siklus hidup seorang konsumen akan ditentukan oleh usianya. Para pemasar harus memahami apa kebutuhan dari konsumen dengan berbagai usia tersebut, kemudian membuat beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

€    Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang.Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Dari sisi pemasaran, semua konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda adalah konsumen potensial bagi semua produk dan jasa. Pemasar harus memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda, dan produk apa yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

€    Lokasi geografik
Dimana seorang konsumen tinggal akan mempengaruhi pola konsumsinya. Konsumen yang tinggal di desa akan memiliki akses terbatas kepada berbagai produk dan jasa. Sebaliknya, konsumen yang tinggal di kota-kota besar lebih mudah memperoleh semua barang dan jasa yang dibutuhkannya. Para pemasar harus memahami dimana konsumen tinggal agar pemasar dapat memfokuskan kemana produknya akan dijual. 
·     Lintas Budaya
Secara umum kebudayaan harus memiliki tiga karakteristik, seperti:

1.             Kebudayaan dipelajari, artinya: kebudayaan yang dimiliki setiap orang diperoleh melalui keanggotaan mereka didalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaannya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
2.            Kebudayaan bersifat kait-mengkait, artinya : setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya: unsure agama berkaitan erat dengan unsure perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
3.            Kebudayaan dibagikan, artinya: prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam suatu kelompok.
Mengembangkan ruang lingkup dari nilai-nilai budaya sangatlah diperlukan karena merupakan aspek penting dalam mengoptimalkan hasil pemasaran. 
·     Bauran Pemasaran Dalam Lintas Budaya
Beberapa hal dalam pemasaran internasional yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bagaimana mengorganisasikan perusahaan agar dapat menembus pasar luar negeri, bagaimana keputusan masuk ke dalam pasar internasional, bagaimana merencanakan standarisasi, bagaimana merencanakan produk, bagaimana merencanakan distribusi, bagaimana merencanakan promosi, dan bagaimana menetukan harga produk.