A. PENGERTIAN SIKAP
ILMIAH
Dalam bahasa Inggris, sikap dikatakan sebagai “Attitude” sedangkan
istilah Attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti
keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendifinisikan
sikap sebagai : “An attitude is an idea charged with emotion which predis poses
a class of actions to aparcitular class of social situation”.
Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan
sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berperilaku atau bereaksi
dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin
(1982:34) mengemukakan bahwa : “Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang
diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melaukan kegiatan sebagai seorang
ilmuwan. Dengan kata lain, kecenderugan
indvidu untuk berperilaku atau bertindak dalam memecahkan suatu masalah secara
sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
B. SIKAP ILMIAH
1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan penelitian-penelitian demi mendapatkan sesuatu yang baru.
Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan penelitian-penelitian demi mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Jujur
Dalam melakukan penelitian, seorang sainstis
harus bersikap jujur, artinya selalu menerima
kenyataan dari hasil penelitiannya dan
tidak mengada-ada serta tidak boleh
mengubah data hasil penelitiannya.
3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat. Dengan data yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
Tekun berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat. Dengan data yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti dalam melakukan penelitian, akan mengurangi kesalahan-kesalahan sehingga menghasilkan data yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh dipengaruhi perasaan pribadi. Semua yang dikemukakan harus berdasarkan fakta yang diperoleh. Sikap objektif didukung dengan sikap terbuka artinya mau menerima pendapat yang benar dari orang lain.
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh dipengaruhi perasaan pribadi. Semua yang dikemukakan harus berdasarkan fakta yang diperoleh. Sikap objektif didukung dengan sikap terbuka artinya mau menerima pendapat yang benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang
Benar Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau paling
hebat. Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus menerimanya.
C. DEFINISI METODE ILMIAH
Metode merupakan prosedur atau cara seseorang
dalam melakukan suatu kegiatan untuk
mempermudah memecahkan masalah secara
teratur, sistematis, dan terkontrol.
Ilmiah adalah sesuatu keilmuan untuk
mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan bukti fisis. Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan
secara
sistematis berdasarkan bukti fisis.
sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan atau
kebenaran pada metode ilmiah
haruslah diatur oleh pertimbangan - pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban- jawaban dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau bahkan tak terpisahkan satu dengan lainnya.
haruslah diatur oleh pertimbangan - pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban- jawaban dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau bahkan tak terpisahkan satu dengan lainnya.
Intinya bahwa metode
ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal
tersebut terjadi dan sebagainya, akan
lebih mudah terjawab
.
D. KEGUNAAN METODE ILMIAH
Dengan adanya sikap
dan metode ilmiah akan menghasilkan penemuan - penemuan yang berkualitas tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan metode ilmiah
dalam kehidupan manusia antara lain :
1. Membantu memecahkan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
2. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
3. Memecahkan atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.
1. Membantu memecahkan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
2. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
3. Memecahkan atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.
E. KRITERIA METODE ILMIAH
Supaya suatu metode
yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian,
baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan
sejenis.
2 Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan
menggunakan analisa yang tajam.
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan
menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan
Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif
dalam mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan
dan penarikan kesimpulan harus
menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6 Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran
kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm,
per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya
harus selalu digunakan. Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya.
Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.
Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.
F. LANGKAH – LANGKAH METODE ILMIAH
1. Karakterisasi (Observasi dan Pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau observasi suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar.
Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui,
hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya
sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diobservasi,
hipotesis yang mendasari prediksi
tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan
dan harus menunggu metode yang mungkin
akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi memungkinkan eksperimen
untuk dapat dilakukan. Yang perlu
diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata
hipotesis tidak benar bukan berarti
penelitian yang dilakukan salah.
3. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Pencatatan yang detail
sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara
bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
• Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
• Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikankonstan dan catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Pencatatan yang detail
sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara
bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
• Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
• Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikankonstan dan catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
4. Menyimpulkan hasil eksperimen
Proses ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang subjek yang sedang dipelajari. Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam menghasilkan prediksi yang menarik dan teruji dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian. Ketidakberhasilan eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang metode eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan definisi subjek penelitian itu.
Dapat pula ilmuwan lain
memulai penelitian mereka sendiri dan
memasuki proses tersebut pada tahap yang
manapun. Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk
hipotesis mereka sendiri, atau mengadopsi hipotesis yang telah dibuat dan mendeduksikan prediksi mereka sendiri. Sering kali eksperimen dalam proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang membuat
prediksi, dan karakterisasi didasarkan
pada eksperimen yang dilakukan oleh orang
lain. Jika hasil eksperimen tidak sesuai
dengan hipotesis :
• Jangan ubah hipotesis
• Jangan ubah hipotesis
• Jangan abaikan hasil eksperimen
• Berikan alasan yang masuk akal
mengapa tidak sesuai
• Berikan cara-cara yang mungkin
dilakukan selanjutnya untuk menemukan
penyebab ketidaksesuaian
• Berikan alasan yang masuk akal
mengapa tidak sesuai
• Berikan cara-cara yang mungkin
dilakukan selanjutnya untuk menemukan
penyebab ketidaksesuaian
• BBila cukup waktu
lakukan eksperimen
sekali lagi atau susun ulang e/ksperimen
Referensi :
https://www.facebook.com/permalink.php?id=380746885301057&story_fbid=420460174663061
http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/
sekali lagi atau susun ulang e/ksperimen
Referensi :
https://www.facebook.com/permalink.php?id=380746885301057&story_fbid=420460174663061
http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar