I. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi
sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi
tidak pembelajaran itu sendiri.
Pengertian pembelajaran
menurut para ahli :
Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya
yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif
antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik
(sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.
Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan”.
Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan
aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”.
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan
antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan
interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan
yang diharapkan.
II.
Teori Pembelajaran
1. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Abraham Maslow dan Carl Rogers
termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat
dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam
humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan
dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan
kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat
mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif.
Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki
potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan
perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas
dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi
diri.
2.TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut teori
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon.
3.TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
Teori Perilaku
(Bandura)
Konsep motivasi
belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement)
di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku
yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman
(punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi
belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa
jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam
rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan
Wielkeiwicks, 1995).
4. TEORI BELAJAR KOGNITIF
AUSUBEL : TEORI BELAJAR BERMAKNA
Ausubel berpendapat
bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses
belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa
aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan
dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung.
Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung
akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau
guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
III. ILUSTRASI
TEORI PEMBELAJARAN
·
Ilustrasi pembelajaran pasif
- penerapannya
pada media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat
keterlibatan rendah.
- Sebaiknya
iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol
dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen.
·
Ilustrasi dari instrumental conditioning(belajar dari
kesalahan)
- Jika
suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya
dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan
datang (belajar dari kesalahan).
IV. RELEVANSI PENGARUH PERILAKU DAN
COGNITIVE LEARNING PADA PEMASARAN
Pada
perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai
masalahnya. Timbulnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang
harus diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian
masalah. Cognitive learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran
konsumen, sementara itu classical conditioning menekankan pada hasil yang
didasarkan pada asosiasi stimulus. Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok
untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian
informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan
mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan
cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin
mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan
dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.
V.
LOYALITAS KONSUMEN
Yang dimaksud
dengan loyalitas adalah terciptanya kepercayaan dan komitmen pelanggan terhadap
suatu produk, karena mereka mendapatkan kepuasan dari produk tersebut. Keadaan
seperti itu tentu sangat menguntungkan bagi pebisnis, sebab konsumen yang sudah
loyal akan membeli secara rutin. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya
menjadi agen pemasaran terbaik bagi bisnis Anda.
Apa saja yang perlu diperhatikan untuk membangun loyalitas konsumen?
1. Berikan nilai lebih pada produk Anda.
Buatlah konsumen untuk selalu membutuhkan produk Anda. Tawarkan solusi yang
benar-benar dibutuhkan konsumen. Dengan begitu Anda akan selalu dicari
konsumen. Ingat, bahwa penggunaan produk atau jasa secara rutin, akan
mengarahkan konsumen semakin loyal dengan bisnis Anda.
2. Selalu berikan yang terbaik bagi para konsumen.
Loyalitas konsumen terbangun dari adanya kepuasan pelanggan. Upayakan untuk
selalu mengontrol kualitas produk. Jangan lupa perhatikan harga produk yang
Anda tawarkan, sebab harga yang bersahabat menjadi hal paling penting bagi
konsumen.
3. Buat kegiatan rutin atau forum khusus untuk para pelanggan Anda.
Langkah awalnya adalah mendata seluruh pelanggan Anda. Ajak pelanggan untuk
menjadi member tetap, dengan menawarkan keuntungan yang menarik. Misalnya
dengan program diskon khusus member di setiap akhir bulan, atau membuat forum
khusus bagi para member untuk bertukar informasi seputar produk-produk Anda.
Dengan begitu konsumen merasa memiliki keterikatan dengan pelaku bisnis.
4. Ciptakan citra yang baik.
Citra atau image menjadi magnet tersendiri bagi konsumen. Semakin baik
citra sebuah produk, maka semakin loyal pula konsumen pada merek tersebut.
Lihat saja produk-produk dengan merek ternama, mereka berhasil menguasai pasar
karena mereka memiliki konsumen yang loyal.
VI.
PEMBELAJARAN VICARIOUS
Teori
mengatakan bahwa orang belajar tanpa harus menerima ganjaran gataupun hukuman,
seperti yang diyakini oleh pengikut teori instrumental conditioning. Bila
seseorang melihat atau mengetahui bahwa orang lain mengalami kepuasan dalam
menggunakan suatu produk, karena seolah-olah ia mengalami sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar